MAKALAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap
makhluk hidup membutuhkan pendidikan, baik itu pendidikan formal, informal
maupun non formal. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu
manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan
yang terjadi dalam kehidupan.
Di tengah persaingan global, pendidikan memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada anak didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, bakat,
minat dan kesanggupannya. Menyelenggarakan pendidikan yang membebaskan anak
dari tindak kekerasan. Menyelenggarakan pendidikan yang memperlakukan anak
dengan ramah. Menyelenggarakan pendidikan yang memanusiakan anak.
Menyelenggarakan pendidikan yang memenuhi hak-hak anak. Hal tersebut akan
terwujud jika pendidikan yang demikian dilakukan sejak anak usia dini.
Pendidikan anak usia dini (PAUD)
merupakan fondasi bagi perkembangan kualitas sumber daya manusia selanjutnya.
Karena itu peningkatan penyelenggaraan PAUD sangat memegang peranan yang
penting untuk kemajuan pendidikan di masa mendatang. Arti penting mendidik anak
sejak usia dini dilandasai dengan kesadaran bahwa masa kanak-kanak adalah masa
keemasan (the Golden Age), karena dalam rentang usia dari 0 sampai 5
tahun, perkembangan fisik, motorik dan berbahasa atau linguistik seorang anak
akan tumbuh dengan pesat. Selain itu anak pada usia 2 sampai 6 tahun dipenuhi
dengan senang bermain. Konsep bermain sambil belajar serta belajar sambil
bermain pada PAUD merupakan pondasi yang mengarahkan anak pada pengembangan
kemampuan yang lebih beragam, sehingga di kemudian hari anak bisa berdiri kokoh
dan menjadi sosok manusia yang berkualitas.
Untuk itu pengembangan program
PAUD harus digalakkan di berbagai tempat di wilayah Indonesia. Pendidikan anak
memang harus dimulai sejak dini, agar anak bisa mengembangkan potensinya secara
optimal. Anak-anak yang mengikuti PAUD menjadi lebih mandiri, disiplin, dan
mudah diarahkan untuk menyerap ilmu pengetahuan secara optimal. Hal ini harus
dimengerti oleh setiap orang tua, dengan memberikan stimulasi yang tepat agar
kemampuan anak tersebut teraktualisasi dan berkembang dengan optimal.
Proses pendidikan dan pembelajaran pada anak usia dini
hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep yang bermakna
bagi anak melalui pengalaman nyata. Hanya pengalaman
nyatalah yang memungkinkan
anak menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu (curiousity)
secara optimal dan menempatkan posisi pendidik sebagai pendamping, pembimbing
serta fasilitator bagi anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat pendidikan anak usia dini?
2. Apa pengertian, tujuan, fungsi dan
prinsip pengembangan anak usia dini?
3. Bagaimana lingkup pendidikan anak usia dini berdasarkan pendekatan
kebijakan dan pendekatan analisis teori?
4. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan anak usia dini?
5. Bagaimana konsep pengembangan anak usia dini secara terpadu?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat
pendidikan anak usia dini.
2. Untuk mengetahui pengertian,
tujuan, fungsi dan
prinsip pengembangan anak usia dini.
3. Untuk mengetahui lingkup
pendidikan anak usia dini berdasarkan pendekatan kebijakan dan pendekatan
analisis teori.
4. Untuk mengetahui penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini.
5. Untuk mengetahui konsep
pengembangan anak usia dini secara terpadu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini
Sebelum dibicarakan tentang pendidikan terlebih
dahulu akan dibahas tentang anak usia dini. Adapun yang dimaksud dengan anak usia dini adalah sekelompok manusia yang
berusia 0-6 tahun.
(Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003)[1]
Adapun berdasarkan para
pakar pendidikan anak, anak usia
dini ialah sekelompok manusia yang berusia 0-8 tahun.[2] Anak usia
dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
(koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan
perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak. Berdasarkan keunikan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya, anak usia dini terbagi dalam tiga tahapan, yaitu (a) masa bayi
lahir sampai 12 bulan, (b) masa toddler (batita) usia 1-3
tahun, (c) masa prasekolah usia 3-6 tahun, (d) masa kelas awal SD 6-8 tahun.
Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini perlu diarahkan pada peletakan
dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya,
yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, sosial
emosional, bahasa dan komunikasi yang seimbang sebagai dasar pembentukan
pribadi yang utuh.[3]
Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi,
membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan
kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan bagi anak usia dini merupakan
sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang baru lahir sampai dengan
delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini memfokuskan pada physical,
intelligence, emotiona dan social education.
Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan
pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang
dilalui oleh anak usia dini. Upaya PAUD bukan hanya dari sisi pendidikan saja,
tetapi termasuk upaya pemberian gizi dan kesehatan anak sehingga dalam
pelaksanaan PAUD dilakukan secara terpadu dan komprehensif.
Pendidikan
anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan
oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan
pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi
pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami
pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati,
meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan
seluruh potensi dan kecerdasan anak. Oleh kerena anak merupakan pribadi yang
unik dan melewati berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka lingkungan yang
diupayakan oleh pendidik dan orangtua yang dapat memberikan kesempatan pada
anak untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman dengan berbagai suasana,
hendaklah memperhatikan keunikan anak-anak dan disesuaikan dengan tahap
perkembangan kepribadian anak. Contoh: jika anak dibiasakan untuk berdoa
sebelum melakukan kegiatan baik di rumah maupun lingkungan sekolah dengan cara
yang paling mudah dimengerti anak, sedikit demi sedikit anak pasti akan
terbiasa untuk berdoa walaupun tidak di damping oleh orang tua ataupun guru
mereka.[4]
B. Pengertian,
Tujuan, Fungsi dan Prinsip Pengembangan Anak Usia Dini
Pendidikan
adalah proses interaksi antara pendidik dan anak didik dan
atau lingkungan secara sadar, teratur, terencana dan sistematis guna membantu
pengembangan potensi anak didik secara maksimal. Pengertian ini dianggap lebih
lengkap dan memadai daripada pengertian-pengertian tentang pendidikan yang
dikemukakan oleh banyak ahli di bidang pendidikan.[5]
Setelah dikatakan Anak Usia Dini, berikut di paparkan tentang Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak
usia lahir hingga enam tahun secara menyuluruh, yang mencakup aspek fisik dan
non-fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani
(moral dan spiritual), motorik, akal pikir, emosional, dan sosial yang tepat
agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Adapun upaya yang
dilakukan mencakup stimulasi intelektual, pemeliharaan kesehatan, pemberian
nutrisi, dan penyediaan kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi dan belajar
secara aktif.
Dengan
demikian, PAUD dapat di deskripsikan sebagai berikut :Pertama,
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing,
mengasuh, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan
dan keterampilan pada anak. Kedua, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan yang menitikberatkan pada peletakan
dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan
kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan
spiritual), sosio-emosional (sikap perilaku serta agama), bahasa dan
komunikasi. Ketiga, sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan
Pendidikanan Usia Dini (PAUD) disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang
dilalui oleh anak usia dini.[6]
Tujuan
PAUD yang ingin dicapai adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
orang tua dan guru serta pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dan
perkembangan anak usia dini. secara khusus tujuan yang ingin dicapai, adalah:
1. Dapat
mengidentifikasi perkembangan fisiologis anak usia dini dan mengaplikasikan
hasil
identifikasi tersebut dalam pengembangan fisiologis yang bersangkutan.
2.
Dapat
memahami perkembangan kreatifitas anak usia dini dan usaha-usaha yang terkait
dengan pengembangannya.
3.
Dapat
memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan perkembangan anak usia dini.
4.
Dapat
memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini.
5.
Dapat memahami pendekatan pembelajaran dan aplikasinya
bagi pengembangan anak usia kanak-kanak.
Tujuan pendidikan anak usia dini
secara umum adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai
persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara
khusus kegiatan pendidikan bertujuan agar:
1.
Anak
mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan Tuhan dan mencintai
sesama. Contoh: pendidik mengenalkan kepada anak didik bahwa Allah SWT
menciptakan berbagai makhluk selain manusia, seperti binatang, tumbuhan, dan
sebagainya yang semua itu harus kita sayangi.
2.
Anak mampu
mengelola keterampilan tubuh termasuk gerakan-garakan yang mengontrol gerakan
tubuh, gerakan halus dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik
(panca indera). Contoh: menari, bermain bola, menulis ataupun mewarnai.
3.
Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa
pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan
belajar. Contoh: ketika sudah melakukan pembahasan tema, diberikan kepada anak
didik untuk bertanya atau menjawab isi tema yang telah diberikan.
4.
Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan,
memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat. Contoh:
mencari pasangan gambar yang berkaitan dengan sebab akibat, lalu anak akan
berusaha memecahkan masalah dan memberika alasan tersebut.
5.
Anak
mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat dan
menghargai keragaman sosial dan budaya serta mampu mengembangkan konsep diri,
sikap postif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa memiliki.
6.
Anak
memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama, berbagai bunyi, bertepuk
tangan, serta menghargai hasil karya yang kreatif. Contoh: anak yang senang dan
menyukai dengan musik, saat mendengar lagu maka akan segera mengikutinya,
ataupun ketika diminta melanjutkan syair kedua hingga selesai, maka anak mampu
melakukannya.
Selain
itu, tujuan pendidikan anak usia dini adalah:
1. Untuk membentuk anak Indonesia
yang berkuailtas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga memiliki yang optimal di dalam memasuki pendidikan
dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
2. Untuk membantu menyiapkan anak
mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
3. Intervensi dini dengan memberikan rangsangan sehingga dapat menumbuhkan
potensi-potensi yang tersembunyi (hidden potency) yaitu dimensi
perkembangan anak (bahasa, intelektual, emosi, sosial, motorik, konsep diri,
minat dan bakat).
4. Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi yang dimiliki anak.[7]
Beberapa fungsi pendidikan bagi
anak usia dini yang harus diperhatikan, dapat dijelaskan sebagai berikut: (1)
Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahapan
perkembangannya. Contoh: menyiapkan media pembelajaran yang
banyak sesuai dengan kebutuhan dan minat anak; (2) Mengenalkan anak dengan
dunia sekitar. Contoh: field trip ke Taman Safari, selain dapat mengenal bermacam-macam hewan ciptaan Allah
juga dapat mengenal berbagai macam tumbuhan dan hewan serta mengenal perbedaan
udara panas dan dingin; (3) Mengembangkan sosialisasi anak. Contoh: bermain
bersama teman, melalui bermain maka anak dapat berinteraksi dan berkomunikasi
sehingga proses sosialisasi anak dapat berkembang; (4) Mengenalkan peraturan
dan menanamkan disiplin pada anak. Contoh: mengikuti peraturan atau tata cara
upacara bendera, dapat menanamkan peraturan dan mengenal arti penghormatan
kepada pahlawan perjuangan bangsa; (5) Memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati
masa bermainnya. Contoh: bermain bebas sesuai dengan minat dan keinginan anak;
(6) Memberikan stimulus kultural pada anak.
Fungsi
lainnya yang perlu diperhatikan, yakni penyiapan bahan perumusan kebijakan
dibidang pendidikan anak usia dini; penyiapan bahan perumusan standar,
criteria, pedoman, dan prosedur dibidang pendidikan anak usia dini; pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pendidikan anak usia dini; pelaksanaan
pemberdayaan peran serta masyarakat dibidang pendidikan anak usia dini;
pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.[8]
Selain
itu, fungsi PAUD lainnya yang penting diperhatikan, adalah: (1) Sebagai upaya
pemberian stimulus pengembangan potensi fisik, jasmani, dan indrawi melalui
metode yang dapat memberikan dorongan perkembangan fisik/motorik dan fungsi
inderawi anak; (2) Memberikan stimulus pengembangan motivasi, hasrat, dorongan
dan emosi kearah yang benar dan sejalan dengan tuntutan agama; (3) Stimulus
pengembangan fungsi akal dengan mengoptimalkan daya kognisi dan kapasitas
mental anak melalui metode yang dapat mengintegrasikan pembelajaran agama
dengan upaya mendorong kemampuan kognitif anak.
Dari
beberapa fungsi yang telah dipaparkan, dapat terlihat bahwa fungsi pendidikan
anak usia dini adalah memberikan stimulus kultural kepada anak. Pendidikan
pada usia dini sebenarnya merupakan ekspresi dari stimulasi kultural tersebut.
Berdasarkan
tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditelaah beberapa fungsi program
stimulasi edukasi, yaitu:
1.
Fungsi
Adaptasi, berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai
kondisi lingkungan serta menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya
sendiri.
2.
Fungsi
Sosialisasi, berperan dalam membantu anak agar memiliki
keterampilan-keterampilan sosial yang berguna dalam pergaulan dan kehidupan
sehari-hari di mana ana berada.
3.
Fungsi
Pengembangan, berkaitan dengan pengembangan berbagai potensi
yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki anak membutuhkan suatu
situasi atau lingkungan yang dapat menumbuhkankembangkan potensi tersebut
kearah perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi
anak itu sendiri maupun lingkungannya.
4.
Fungsi
Bermain, berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk bermain, karena
pada hakikat nya bermain itu sendiri merupakan hak anak sepanjang rentang kehidupannya.
Melalui kegiatan bermain anak akan mengeksplorasi dunianya serta membangun
pengetahuannya sendiri.
5.
Fungsi
Ekonomik, pendidikan yang terencana pada anak merupakan investasi jangka
panjang yang dapat menguntungkan pada setiap rentang perkembangan selanjutnya.
Terlebih lagi investasi yang dilakukan berada pada masa keemasan (the golden
age) yang akan memberikan keuntungan berlipat ganda. Pendidikan di Taman
Kanak-kanak merupakan salah satu peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya.[9]
Terdapat
sejumlah prinsip pembelajaran pada pendidikan anak usia dini, beberapa akan
dipaparkan pada bagian berikut ini diantaranya:
1.
Anak sebagai Pembelajar Aktif
Pendidikan hendaknya mengarahkan
anak untuk menjadi pembelajar yang aktif. Pendidikan
yang dirancang secara kreatif akan menghasilkan pembelajar yang aktif. Proses
pendidikan seperti ini merupakan wujud pembelajaran yang bertumpu ada aktivitas
belajar anak secara aktif atau yang dikenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA= Student Active Learning).
2.
Anak
Belajar Melalui Sensori dan Panca Indera
Anak memperoleh pengetahuan
melalui sensorinya, anak dapat melihat melalui bayangan yang ditangkap oleh
matanya, anak dapat mendengarkan bunyi melalui telinganya, anak dapat merasakan
panas dan dingin lewat perabaannya, anak dapat membedakan bau melalui hidung
dan anak dapat mengetahui aneka rasa melalui lidahnya. Oleh
karenanya, pembelajaran pada anak hendaknya mengarahkan anak pada berbagai
kemampuan yang dapat dilakukan oleh seluruh inderanya.
3.
Anak Membangun Pengetahuan Sendiri
Sejak lahir anak diberi berbagai
kemampuan. Dalam konsep ini anak dibiarkan belajar melalui
pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang dialaminya sejak anak lahir dan
pengetahuan yang telah anak dapatkan selama hidup.
4.
Anak Berpikir Melalui Benda Konkret
Dalam konsep ini anak harus
diberikan pembelajaran dengan benda-benda yang nyata agar anak tidak menerawang
atau bingung.Maksudnya adalah anak dirangsang untuk berpikir dengan metode
pembelajaran yang menggunakan benda nyata sebagai contoh materi-materi
pelajaran.
5.
Anak Belajar dari Lingkungan
Pendidikan merupakan usaha sadar
yang dilakukan sengaja dan terencana untuk membantu anak mengembangkan potensi
secara optimal sehingga anak mampu beradaptasi dengan
lingkungannya.[10]
C. Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini Berdasarkan Pendekatan Kebijakan dan
Pendekatan Analisis Teori
Merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada
satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik. Contoh konkret berbagai pendekatan dalam
pendidikan anak usia dini, yaitu: pendekatan psikonalisis manusia atau anak
mempunyai keinginan dalam dirinya ‘homo valens’, kognitif (homo
sapines: manusia berpikir) sikap bahasa, behaviorostik (homo mechanicus:
manusia mesin), homo ludens (makhluk bermain) jika anak melakukan
kesalahan berilah teguran, namun jika anak melakukan sesuatu yang baik, maka
berilah penguatan (reinforcement), stimulus atau respons, pendekatan humanistic
(humo ludens: manusia suka bermain) yaitu pemebelajan dengan bermain.[11]
D. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
Penyelenggaraan Pendidikan bagi Anak Usia Dini dapat dilakukan dalam bentuk
formal, non-formal dan informal. Setiap bentuk penyelenggaraan memiliki
kekhasan tersendiri. Berikut ini akan dipaparkan bentuk penyelenggaraan pada
jalur pendidikan formal, nonformal dan informal.
Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur formal adalah
Taman Kanak-kanak (TK) atau RA dan lembaga sejenis. Penyelenggraraan pendidikan
bagi anak usia dini pada jalur nonformal diselenggarakan oleh masyarakat atas
kebutuhan dari masyarakat sendiri, khususnya bagi anak-anak yang dengan
keterbatasannya tidak terlayani di pendidikan formal (TK dan RA). Pendidikan
dijalur informal ini dilakukan oleh keluarga atau lingkungan. Pendidikan
informal bertujuan memberikan keyakinan agama, menanamkan nilai budaya, nilai
moral, etika, dan kepribadian, estetika serta meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
E.
Konsep
dan Aspek Pengembangan Anak Usia Dini Secara Terpadu
Catron
dan Allen menyebutkan
bahwa terdapat 6 aspek perkembangan anak usia dini, yaitu kesadaran personal,
kesehatan emosional, sosialisasi, komunikasi, kognisi dan keterampilan motorik
sangat penting dan harus dipertimbangkan sebagai fungsi interaksi.[12]
Kreativitas tidak dipandang sebagai perkembangan tambahan, melainkan sebagai
komponen yang integral dari lingkungan bermain yang kreatif. Pertumbuhan anak
pada enam aspek perkembangan di bawah ini membentuk fokus sentral dan pengembangan
kurikulum bermain pada anak usia dini.
Adapun Aspek Pengembangan Anak
usia dini secara terpadu sebagai berikut.[13]
1.
Kesadaran
Personal
Permainan
yang kreatif memungkinkan perkembangan kesadaran personal.Bermain mendukung
anak untuk tumbuh secara mandiri dan memiliki kontrol atas lingkungannya.Melalui
bermain anak dapat menemukan hal yang baru, bereksplorasi, meniru dan
mempraktikan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah dalam membangun
keterampilan menolong dirinya sendiri, keterampilan ini membuat anak merasa
kompeten.
2.
Pengembangan
Emosi
Melalui bermain anak dapat belajar menerima,
berekspresi dan mengatasi masalah dengan cara yang positif. Bermain juga
memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal diri mereka sendiri dan untuk
mengembangkan pola perilaku yang memuaskan dalam hidup.
3.
Membangun
Sosialisasi
Bermain memberikan jalan bagi perkembangan
sosial anak ketika berbagi dengan anak yang lain. Bermain dapat menumbuhkan dan
meningkatkan rasa sosialisasi anak.
4.
Pengembangan
Komunikasi
Bermain merupakan alat yang paling kuat untuk membelajarkan kemampuan
berbahasa anak.Melalui komunikasi inilah anak dapat memperluas kosakata dan
mengembangkan daya penerimaan serta pengekspresian kemampuan berbahasa mereka
melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi bermain
spontan.
5.
Pengembangan Kognitif
Bermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat dengan
lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam menghasilkan suatu karya, serta
untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan kognitif lainnya.Selama bermain, anak
menerima pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi dengan
orang lain dan mulai merasakan dunia mereka.
6.
Pengembangan
Kemampuan Motorik
Kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman
belajar untuk menemukan, aktivitas sensori motor yang meliputi penggunaan
otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan motorik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi,
membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan
kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan bagi anak usia dini merupakan
sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang baru lahir sampai dengan
delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini memfokuskan pada physical,
intelligence, emotiona dan social education.
Berdasarkan pada aspek
perkembangan anak, maka pendidikan anak usia
dini harus berlandaskan pada kebutuhan anak, yang disesuaikan dengan
nilai-nilai yang dianut
di lingkungan di sekitarnya, sesuai dengan tahap perkembangan fisik dan psikologis anak, dilaksanakan dalam
suasana bermain yang menyenangkan serta dirancang untuk mengoptimalkan potensi
anak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2000.
Prinsip dan Praktek
Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: Direktorat PAUD.
Depdiknas. 2002. Kurikulum Hasil Belajar Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: Depdiknas.
Hartoyo, Bambang. 2004. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Materi
Tutor dan
Pengelola Pendidikan
Anak Usia Dini, di BPPLSP Regional III Jawa Tengah.
Hayati, Nur.
2013. Peran Orangtua dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PPM%20di%20TK%20Pedagogia.pdf
[16 November 2016]
Mansur. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sujiono, Y. Nurani. 2009. Konsep
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT INDEKS.
Suyadi. 2011. Manajemen PAUD. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Tn. 2010. Himpunan
Perundang-Undangan Republik Indonesia tentang SISDIKNAS dan Penyelenggaraan
Pendidikan. Bandung: Citra Umbara.
[1] Tn.
2010. Himpunan Perundang-Undangan Republik Indonesia tentang SISDIKNAS dan
Penyelenggaraan
Pendidikan.
Bandung: Citra Umbara. Hlm. 8.
Hlm. 3-4.
Pendidikan
Anak Usia Dini, di BPPLSP Regional III Jawa Tengah. Hlm.3.
[4] Yuliani
Nurani Sujiono. 2009. Konsep
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT INDEKS. Hlm. 6-7.